
00.00 – 03.00: Menyusuri Pasar Malam dan Warung Kaki Lima
Petualangan dimulai saat sebagian besar orang sudah mulai
terlelap. Saat tengah malam, pasar malam atau warung tenda masih ramai dengan
aktivitas. Inilah saat terbaik untuk berburu makanan murah seperti nasi goreng,
mi rebus, atau kopi sachet seharga koin receh.
Keuntungan besar: tidak ada biaya tiket masuk dan kamu bisa
duduk di trotoar menikmati suasana malam. Sambil makan, gunakan Wi-Fi gratis
dari warung kopi 24 jam untuk mengunduh peta offline kota. Bonusnya, kamu bisa
berteman dengan pedagang yang sering kali punya cerita unik tentang kota
tersebut.
03.00 – 06.00: Nongkrong di Stasiun atau Terminal
Saat tubuh mulai lelah dan udara makin dingin, carilah
stasiun atau terminal besar yang buka 24 jam. Tempat ini biasanya punya ruang
tunggu luas, toilet gratis, dan bahkan colokan listrik. Duduklah di bangku
panjang, pasang hoodie, dan berpura-puralah menunggu kereta. Ini trik klasik
backpacker hemat yang ingin rehat tanpa bayar penginapan.
Kalau ingin lebih produktif, gunakan waktu ini untuk
merencanakan rute selanjutnya atau menulis jurnal perjalanan. Siapa tahu
pengalaman “tidak tidur” ini kelak jadi bahan cerita lucu.
06.00 – 09.00: Berburu Spot Sunrise dan Sarapan Murah
Begitu matahari mulai naik, saatnya mencari tempat ikonik
untuk menyaksikan sunrise, seperti jembatan kota, bukit kecil, atau taman kota.
Cahaya pagi memberi kesempatan untuk mengambil foto estetik yang membuat
seolah-olah kamu adalah travel influencer sejati.
Setelah itu, mampir ke warung sarapan lokal. Biasanya
tersedia bubur, lontong, atau nasi uduk dengan harga sangat terjangkau. Sarapan
adalah satu-satunya waktu kamu boleh makan sedikit lebih banyak—karena energi
akan sangat dibutuhkan untuk bertahan sepanjang hari tanpa tidur.
09.00 – 15.00: Menjelajah Tempat Gratis dan Spot
Anti-Mainstream
Bagian siang hari adalah momen utama untuk menjelajah.
Prioritaskan destinasi gratis atau murah: museum kota (banyak yang tiketnya di
bawah Rp10.000), taman, pasar tradisional, hingga galeri seni kecil.
Gunakan transportasi umum atau jalan kaki agar ongkos tetap
minim. Jika ingin lebih absurd, tantang diri sendiri hanya menggunakan
transportasi yang tidak biasa, misalnya naik becak, sepeda sewaan, atau naik
angkot sampai tersasar lalu menemukan tempat baru secara acak.
Catatan penting: jangan duduk terlalu lama, karena rasa
kantuk bisa datang tiba-tiba. Tetap bergerak!
15.00 – 20.00: Berburu Street Food dan Senja Kota
Menjelang sore, energi pasti mulai menurun. Ini saatnya
mencari camilan murah yang bisa membuatmu tetap “on”—seperti gorengan lima
ratusan atau es teh jumbo. Sambil makan, carilah taman kota atau tepi sungai
untuk menikmati senja.
Senja adalah waktu terbaik untuk refleksi: apa yang sudah
kamu temukan dari perjalanan absurd ini? Mungkin bukan tempat wisata megah,
melainkan interaksi kecil dengan warga lokal yang tak ternilai harganya.
20.00 – 24.00: Menutup Hari dengan Hiburan Malam Gratis
Saat malam kembali datang, jangan buru-buru menyerah. Kota
sering punya hiburan malam murah atau gratis, seperti pertunjukan musik
jalanan, car free night, atau pasar malam harian. Nikmati atmosfernya, ambil
foto terakhir, lalu duduk di bangku taman sampai jam menunjukkan tengah malam
kembali—menandai berakhirnya perjalanan 24 jam tanpa tidur.
Penutup
Itinerary ini memang absurd, tapi di situlah letak daya
tariknya. Kamu akan belajar menakar energi, memanfaatkan ruang publik, dan
berbaur dengan warga setempat—semuanya tanpa membakar dompet. Bagi backpacker
sejati, pengalaman lebih berharga daripada kenyamanan. Jadi, siapkah kamu
menantang diri sendiri keliling kota 24 jam tanpa tidur?