Hari Pertama: Eksplorasi Mall Sebagai “Museum Modern”
Mulailah perjalananmu dari mall terbesar di kota tujuan.
Anggap mall ini seperti museum modern yang gratis. Nikmati arsitektur megahnya,
eskalator yang berkilau, dan pendingin udara yang sejuk seperti salju Norwegia.
Jangan buru-buru belanja — ingat, kamu adalah backpacker hemat.
- 09.00
– 11.00: Jalan santai dari lantai bawah hingga rooftop parkir.
Dokumentasikan eskalator dan lampu gantung seperti sedang hunting foto
arsitektur.
- 11.00
– 12.00: Duduk di kursi umum sambil menikmati Wi-Fi gratis.
Sempurnakan gaya digital nomad-mu di food court tanpa membeli makanan.
- 12.00
– 13.00: Cari sampel makanan gratis di stand promosi. Biasanya ada
tester minuman baru atau potongan kecil roti premium — cukup untuk
mengganjal perut.
Kuncinya adalah mengubah sudut pandang: mall bukan lagi
tempat belanja, tapi galeri budaya urban yang penuh simbol gaya hidup
modern. Bonusnya, semua bisa dinikmati cuma-cuma.
Hari Kedua: Safari Mall Berantai
Konsep hari kedua adalah “safari”, yaitu mengunjungi
sebanyak mungkin mall dalam sehari. Fokusnya adalah mobilitas cepat dan
efisiensi ongkos transportasi.
- 08.00
– 10.00: Mulai dari mall yang terhubung stasiun KRL atau MRT agar
mudah pindah-pindah.
- 10.00
– 13.00: Naik transportasi umum dari satu mall ke mall lain. Setiap
kunjungan hanya 45 menit. Buat checklist: foto di depan logo mall, cek
toilet, dan cari colokan tersembunyi.
- 13.00
– 14.00: Isi ulang botol minum di wastafel toilet (pastikan bersih),
lalu makan bekal sendiri di area outdoor.
- 14.00
– 18.00: Ulangi sampai 4–5 mall. Rasanya seperti maraton, tapi versi
ber-AC.
Dengan cara ini, kamu bisa merasakan perbedaan suasana tiap
mall — ada yang mewah seperti hotel, ada yang penuh anak muda, ada yang sepi
seperti kota hantu. Setiap tempat punya karakter unik yang layak “diabadikan”.
Hari Ketiga: Wisata Hiburan Gratis
Hari ketiga dikhususkan untuk menikmati hiburan gratis
di dalam mall. Banyak yang tidak tahu, mall sering menjadi tempat event publik
tanpa tiket masuk.
- 10.00
– 11.00: Cek area atrium, biasanya ada pameran, pertunjukan tari, atau
musik live. Tonton seolah itu festival dunia.
- 11.00
– 12.00: Masuk ke toko gadget atau elektronik dan berpura-pura jadi
pembeli. Coba headset mahal, kamera digital, atau kursi pijat otomatis.
- 13.00
– 15.00: Kunjungi toko buku, baca gratis di pojok yang tenang. Catat
judul buku favorit untuk dibaca online nanti.
- 15.00
– 16.00: Kunjungi supermarket, cicipi tester makanan. Siapa tahu dapat
sosis mini atau potongan keju impor tanpa bayar.
Hari ini kamu bisa menikmati hiburan layaknya turis premium
— tapi dengan modal nyaris nol. Triknya cuma satu: bersikap percaya diri seolah
kamu memang pengunjung potensial.
Hari Keempat: Malam di Mall, Bukan di Hotel
Untuk benar-benar merasakan gaya backpacker absurd, coba
habiskan malam di sekitar mall tanpa menginap di hotel.
- 18.00
– 19.00: Nongkrong di area food court hingga tutup. Biasanya mereka
baru menyapu semua pengunjung setelah mall benar-benar sepi.
- 19.00
– 21.00: Duduk di bangku luar mall sambil menulis jurnal perjalanan
atau mengedit foto.
- 21.00
– 06.00: Tidur di stasiun kereta atau halte 24 jam yang dekat mall.
Memang tidak nyaman, tapi inilah ujian sejati backpacker super hemat.
Alternatif lain: gunakan coworking space 24 jam (kalau ada
promo gratis 1 malam) agar kamu tetap aman sekaligus bisa numpang Wi-Fi.
Penutup: Filosofi Backpacking Versi Mall
Itinerary absurd ini bukan hanya tentang menghemat uang,
tapi juga melatih imajinasi dan apresiasi terhadap hal-hal kecil. Mall
yang biasanya dianggap tempat konsumtif, bisa berubah menjadi destinasi wisata
penuh cerita jika dilihat dari sudut pandang backpacker.
Di akhir perjalanan, kamu mungkin tidak membawa oleh-oleh
fisik, tapi kamu akan pulang dengan cerita lucu, foto estetik, dan kemampuan
bertahan hidup di lingkungan urban yang serba mahal.
Backpacking keliling mall mungkin terdengar gila, tapi
bukankah setiap petualangan besar selalu dimulai dari ide yang dianggap aneh?