vUr5v3Aga5Yx91u6PVcXOoUvbSaqSTTT1jtWFLWh

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Itinerary Backpacker Hemat Absurd Keliling Kota 24 Jam Tanpa Tidur

Wisataaja.info - Bagi sebagian orang, berwisata identik dengan kenyamanan: hotel berbintang, makan enak, dan jadwal santai. Tapi untuk para petualang yang haus pengalaman unik—dan hemat—ada satu konsep ekstrem yang bisa dicoba: keliling kota selama 24 jam tanpa tidur! Kedengarannya gila? Memang. Tapi justru di situlah letak keseruannya. Mari kita susun itinerary absurd ini untuk backpacker yang ingin menjelajah kota dengan biaya minimal dan waktu maksimal.


00.00 – 03.00: Menyusuri Pasar Malam dan Warung Kaki Lima

Petualangan dimulai saat sebagian besar orang sudah mulai terlelap. Saat tengah malam, pasar malam atau warung tenda masih ramai dengan aktivitas. Inilah saat terbaik untuk berburu makanan murah seperti nasi goreng, mi rebus, atau kopi sachet seharga koin receh.

Keuntungan besar: tidak ada biaya tiket masuk dan kamu bisa duduk di trotoar menikmati suasana malam. Sambil makan, gunakan Wi-Fi gratis dari warung kopi 24 jam untuk mengunduh peta offline kota. Bonusnya, kamu bisa berteman dengan pedagang yang sering kali punya cerita unik tentang kota tersebut.


03.00 – 06.00: Nongkrong di Stasiun atau Terminal

Saat tubuh mulai lelah dan udara makin dingin, carilah stasiun atau terminal besar yang buka 24 jam. Tempat ini biasanya punya ruang tunggu luas, toilet gratis, dan bahkan colokan listrik. Duduklah di bangku panjang, pasang hoodie, dan berpura-puralah menunggu kereta. Ini trik klasik backpacker hemat yang ingin rehat tanpa bayar penginapan.

Kalau ingin lebih produktif, gunakan waktu ini untuk merencanakan rute selanjutnya atau menulis jurnal perjalanan. Siapa tahu pengalaman “tidak tidur” ini kelak jadi bahan cerita lucu.


06.00 – 09.00: Berburu Spot Sunrise dan Sarapan Murah

Begitu matahari mulai naik, saatnya mencari tempat ikonik untuk menyaksikan sunrise, seperti jembatan kota, bukit kecil, atau taman kota. Cahaya pagi memberi kesempatan untuk mengambil foto estetik yang membuat seolah-olah kamu adalah travel influencer sejati.

Setelah itu, mampir ke warung sarapan lokal. Biasanya tersedia bubur, lontong, atau nasi uduk dengan harga sangat terjangkau. Sarapan adalah satu-satunya waktu kamu boleh makan sedikit lebih banyak—karena energi akan sangat dibutuhkan untuk bertahan sepanjang hari tanpa tidur.


09.00 – 15.00: Menjelajah Tempat Gratis dan Spot Anti-Mainstream

Bagian siang hari adalah momen utama untuk menjelajah. Prioritaskan destinasi gratis atau murah: museum kota (banyak yang tiketnya di bawah Rp10.000), taman, pasar tradisional, hingga galeri seni kecil.

Gunakan transportasi umum atau jalan kaki agar ongkos tetap minim. Jika ingin lebih absurd, tantang diri sendiri hanya menggunakan transportasi yang tidak biasa, misalnya naik becak, sepeda sewaan, atau naik angkot sampai tersasar lalu menemukan tempat baru secara acak.

Catatan penting: jangan duduk terlalu lama, karena rasa kantuk bisa datang tiba-tiba. Tetap bergerak!


15.00 – 20.00: Berburu Street Food dan Senja Kota

Menjelang sore, energi pasti mulai menurun. Ini saatnya mencari camilan murah yang bisa membuatmu tetap “on”—seperti gorengan lima ratusan atau es teh jumbo. Sambil makan, carilah taman kota atau tepi sungai untuk menikmati senja.

Senja adalah waktu terbaik untuk refleksi: apa yang sudah kamu temukan dari perjalanan absurd ini? Mungkin bukan tempat wisata megah, melainkan interaksi kecil dengan warga lokal yang tak ternilai harganya.


20.00 – 24.00: Menutup Hari dengan Hiburan Malam Gratis

Saat malam kembali datang, jangan buru-buru menyerah. Kota sering punya hiburan malam murah atau gratis, seperti pertunjukan musik jalanan, car free night, atau pasar malam harian. Nikmati atmosfernya, ambil foto terakhir, lalu duduk di bangku taman sampai jam menunjukkan tengah malam kembali—menandai berakhirnya perjalanan 24 jam tanpa tidur.


Penutup

Itinerary ini memang absurd, tapi di situlah letak daya tariknya. Kamu akan belajar menakar energi, memanfaatkan ruang publik, dan berbaur dengan warga setempat—semuanya tanpa membakar dompet. Bagi backpacker sejati, pengalaman lebih berharga daripada kenyamanan. Jadi, siapkah kamu menantang diri sendiri keliling kota 24 jam tanpa tidur?