1. Ubah Mindset: Hotel Bukan Satu-Satunya Pilihan
Langkah pertama dalam petualangan absurd ini adalah
meyakinkan diri bahwa hotel hanyalah salah satu dari sekian banyak opsi tempat
bermalam. Banyak backpacker pemula terlalu terpaku pada daftar hotel online
dengan rating tinggi, padahal ada pilihan yang jauh lebih murah dan unik:
homestay random. Homestay semacam ini biasanya tidak tercatat di aplikasi
pemesanan kamar, tapi bisa ditemukan langsung di lapangan dengan mengandalkan
intuisi dan sedikit keberanian.
Selain hemat, homestay random juga bisa memberi pengalaman
otentik tentang kehidupan lokal. Kamu bisa tidur di kamar sederhana milik
keluarga setempat, makan bersama mereka, atau bahkan ikut beraktivitas harian
seperti memetik sayur atau memberi makan ayam. Ini jelas bukan sesuatu yang
bisa kamu dapatkan di hotel berbintang.
2. Teknik “Senyum dan Tanya” Saat Tiba di Lokasi
Setelah sampai di kota tujuan, jangan langsung panik karena
belum punya tempat bermalam. Gunakan teknik “senyum dan tanya”: hampiri warga
lokal di warung, pasar, atau terminal, lalu tanyakan apakah mereka tahu tempat
tinggal murah yang bisa disewa untuk satu atau dua malam. Senyum tulus sering
kali membuka pintu yang tidak terduga. Banyak keluarga di daerah wisata kecil
yang bersedia menyewakan kamar kosong mereka hanya karena merasa senang
membantu.
Tips absurd lainnya: selalu bawa kartu nama palsu yang
membuatmu terlihat seperti “penulis perjalanan” atau “fotografer freelance”.
Entah kenapa, banyak orang jadi lebih terbuka kalau mengira kamu sedang membuat
proyek menarik.
3. Negosiasi Harga Seperti Menawar Buah di Pasar
Berbeda dengan hotel yang harganya sudah tetap, homestay
random memungkinkan kamu untuk bernegosiasi. Jangan ragu menawar harga, tapi
lakukan dengan sopan. Contohnya, jika pemilik rumah meminta Rp150.000 per
malam, kamu bisa menawarkan Rp80.000 sambil menjelaskan bahwa kamu backpacker
yang hanya butuh tempat tidur dan kamar mandi sederhana. Biasanya mereka akan
menurunkan harga karena merasa iba, apalagi jika kamu kelihatan lelah dan
membawa tas besar yang hampir robek.
Ingat juga untuk menanyakan fasilitas dasar seperti kasur,
kipas, dan toilet. Kadang kamu bisa menemukan kamar super murah, tapi ternyata
harus berbagi tempat tidur dengan kucing keluarga mereka. Itu bukan masalah
besar kalau kamu pecinta hewan, tapi bisa jadi kejutan kalau kamu alergi bulu.
4. Bawa Perlengkapan Darurat: Sleeping Bag Lipat dan
Gembok Mini
Karena homestay random sifatnya tidak selalu profesional,
perlengkapan pribadi menjadi penyelamat utama. Sleeping bag lipat ringan bisa
membuatmu tetap nyaman meski kasur di sana tipis atau tidak bersih. Gembok mini
berguna untuk mengunci tas saat kamu meninggalkannya di kamar. Kadang pintu
kamar tidak punya kunci sama sekali—sebuah pengalaman absurd yang akan kamu
ceritakan pada teman-teman nanti.
Selain itu, bawa juga sandal jepit khusus kamar mandi dan
alat mandi pribadi. Jangan berharap menemukan sabun hotel mungil atau handuk
putih bersih seperti di brosur. Ingat, ini bukan hotel, ini rumah orang.
5. Jadikan Semua Hal Sebagai Petualangan Lucu
Menginap di homestay random berarti siap menghadapi segala
kemungkinan: dari atap bocor saat hujan, kamar penuh poster boyband tahun
2000-an, hingga tuan rumah yang mengajakmu ikut ronda malam. Alih-alih kesal,
anggap semua hal itu sebagai bagian dari cerita perjalananmu. Justru
pengalaman-pengalaman tak terduga seperti inilah yang nantinya akan jadi
kenangan paling berkesan.
Kuncinya adalah fleksibel dan tidak terlalu banyak menuntut
kenyamanan. Semakin kamu santai, semakin menyenangkan pula gaya traveling
absurd ini.
Penutup
Mengganti hotel dengan homestay random memang bukan untuk
semua orang, tapi bagi backpacker yang ingin menghemat biaya sekaligus mencari
pengalaman unik, ini bisa jadi pilihan menarik. Kamu tidak hanya menekan
pengeluaran, tapi juga mendapatkan kesempatan membaur dengan kehidupan lokal
yang sesungguhnya. Jadi, siapkan senyummu, sleeping bag lipatmu, dan mental
baja. Dunia terlalu luas untuk hanya dilihat dari balik jendela hotel—kadang,
pengalaman paling berharga justru menunggu di rumah-rumah sederhana yang tidak
tercantum di peta wisata.