1. Menyamar Sebagai Penduduk Lokal
Salah satu trik klasik yang sering dilakukan backpacker
adalah berusaha “menyamar” sebagai warga lokal. Caranya bisa bermacam-macam:
mulai dari memakai pakaian sederhana yang umum dipakai penduduk, membawa
kantong belanja plastik alih-alih tas turis, hingga pura-pura sibuk menatap
ponsel saat petugas tiket lewat. Tujuannya sederhana — agar tidak dilirik
sebagai turis yang wajib membayar tarif lebih mahal. Meski tak selalu berhasil,
banyak backpacker yang mengaku berhasil menumpang bus atau kereta lokal tanpa
dipungut biaya hanya karena tampak seperti penumpang biasa.
2. Naik di Titik-Titik “Lupa” Penjaga
Beberapa kota memiliki titik pemberhentian transportasi umum
yang jarang dijaga atau tidak memiliki loket resmi. Backpacker cerdik sering
memanfaatkan hal ini dengan menunggu bus, angkot, atau trem di tempat tersebut.
Begitu kendaraan berhenti, mereka langsung masuk seperti penumpang lain. Trik
ini tentu saja mengandalkan pengamatan jeli: mereka harus tahu jam-jam sepi
pengawasan agar tidak ketahuan dan diusir keluar sebelum sempat duduk.
3. Sistem “Patungan Penumpang Hantu”
Trik absurd lain yang cukup populer di kalangan backpacker
berkelompok adalah membuat “penumpang hantu”. Misalnya, dalam sistem tiket
digital, satu orang membeli tiket, lalu tangkapan layarnya dikirim ke teman
lain yang masuk lewat pintu berbeda dengan menampilkan tiket yang sama. Satu
tiket untuk dua orang! Metode ini jelas bukan hal yang legal, tapi bagi para
pencari sensasi yang hidup dengan bujet pas-pasan, kreativitas semacam ini
sering dianggap bagian dari petualangan.
4. Mengaku Kehabisan Dompet tapi Penuh Cerita
Beberapa backpacker ekstrem bahkan mengandalkan kemampuan
akting. Mereka pura-pura kehilangan dompet dan bercerita dramatis pada sopir
atau kondektur tentang betapa pentingnya mereka harus tiba di tujuan. Anehnya,
kisah-kisah seperti ini kerap berhasil. Banyak sopir lokal yang akhirnya merasa
iba dan membiarkan mereka naik gratis, asalkan berjanji akan membayar nanti
(yang seringkali tidak pernah terjadi). Tentu saja, trik ini memerlukan
keberanian, ekspresi meyakinkan, dan sedikit keberuntungan.
5. Menjadi “Asisten Dadakan” Supir
Trik lain yang tidak kalah absurd adalah menawarkan diri
menjadi asisten supir dadakan. Beberapa backpacker nekat mendekati sopir angkot
atau minibus, lalu menawarkan bantuan kecil seperti mengumpulkan ongkos dari
penumpang lain atau membantu menurunkan barang. Setelah beberapa menit
“bekerja”, mereka pun menumpang secara gratis sebagai bagian dari kru. Cara ini
bukan hanya menghemat ongkos, tapi juga memberi pengalaman unik tentang
dinamika transportasi lokal.
Antara Kreatif dan Nekat
Meski semua trik di atas terkesan konyol dan nyaris
mustahil, kenyataannya banyak backpacker yang menganggapnya bagian dari
petualangan tak terlupakan. Mereka bukan semata-mata ingin menipu, tetapi ingin
merasakan kehidupan lokal sedekat mungkin, bahkan jika itu berarti melanggar
aturan tak tertulis. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap daerah memiliki
regulasi dan budaya yang berbeda. Apa yang dianggap lucu di satu tempat bisa
jadi dianggap pelanggaran serius di tempat lain.
Pada akhirnya, backpacker sejati tahu bahwa setiap
perjalanan adalah cerita, dan cerita yang paling dikenang biasanya bukan
tentang hotel mewah atau tiket pesawat mahal, melainkan tentang trik-trik
absurd yang mereka gunakan untuk bertahan hidup di jalan. Menyusup ke
transportasi umum lokal mungkin bukan pilihan bijak, tapi bagi para petualang
hemat, itu adalah bumbu tak ternilai dalam perjalanan mereka.